zwani.com
apa kabar kamu hari ini
salam hangat buat faithfredoom.org semoga bermanfaat bagi anda dan untuk non muslim ma’af bila ada kata-kata kurang berkenan Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu semoga allah swt membuka mata hati faithfreedom terhadap islam.
Image by Anime Myspace Comments
MyNiceProfile.com

Selasa, 12 Oktober 2010

Mengapa Mereka Tersinggung?

Reflek adalah hasil kerja-sama antara hati dan otak secara simultan untuk memberi komando agar kita segera bereaksi. Sedemikian cepat reflek berlangsung sehingga ada yang berpendapat bahwa saat itu sesungguhnya komando dari otak tidak ada. Singkatnya reflek mutlak dikomando oleh hati atau jiwa.
Seseorang yang (maaf) tangannya buntung secara reflek ia akan tersinggung manakala ada orang bertangan normal yang berkata : “Hei buntung, kemarilah !”
Ia tersinggung padahal faktanya memang tangannya buntung.
Seseorang yang (maaf) wajahnya buruk secara reflek ia akan tersinggung manakala ada orang rupawan yang berkata : “Hei jelek, kemarilah !”
Ia tersinggung padahal faktanya memang berwajah buruk.
Seseorang yang (maaf) miskin secara reflek ia akan tersinggung manakala ada orang kaya yang berkata : “Hei orang miskin, kemarilah !”
Ia tersinggung padahal faktanya memang miskin.
Fakta-fakta di atas sangat mudah kita temui sehari-hari dan tidak dianggap sesuatu yang istimewa. Paling-paling kita akan berkata : “Wajarlah mereka tersinggung, siapa pula yang sudi kelemahannya disebut.”
Selesai sudah sampai disitu, tak ada pembahasan yang mendalam dari sisi yang berhubungan dengan “sesuatu” yang sesungguhnya sedang terjadi pada fitrah terdalam orang-orang berkekurangan tadi.
Saudaraku, pernahkah kita menelaah lebih dalam mengapa mereka tersinggung. Apakah semata-mata karena merasa terhina atau merasa direndahkan ? Tidakkah sempat terlintas dalam analisa kita bahwa sesungguhnya mereka sedang merindukan sesuatu. Mereka merindukan ada pada suatu keadaan yang lebih baik atau normal.
Yang bertangan buntung tersinggung karena sesungguhnya ia merindukan tangan yang normal seperti milik pengejeknya. Yang buruk rupa tersinggung karena sesungguhnya ia merindukan berwajah rupawan seperti pengejeknya. Yang miskin tersinggung karena sesungguhnya ia merindukan kaya-raya seperti pengejeknya. Jika mereka tersinggung bukan karena kerinduan-kerinduan tadi maka kita tinggal berkata : “Mengapa tersinggung, itu kan fakta ?”
Saudaraku, sampailah kita pada inti permasalahan. Dalam konteks ini penulis ingin bertanya mengapa manusia non-muslim pada umumnya secara reflek tersinggung manakala disebut kafir, musyrik, murtad, dan sejenisnya oleh manusia muslim ? Apa sesungguhnya yang mereka rindukan sehingga reflek ketersinggungan muncul ? Satu saja jawabannya bahwa jauh di sudut hati yang terdalam mereka merindukan ingin seperti “penghujatnya”. Ruh mereka rindu kembali muslim seperti saat mereka di alam sana. Mereka ingin kembali kepada keyakinan default-nya yakni keyakinan yang fitrah.
Otak, lidah, dan logika non-muslim bisa saja berkata bahwa tak ada kerinduan untuk jadi muslim dan bahkan sangat benci pada Islam tapi tidak demikian dengan ruh. Ruh pasti membisikkan sesuatu kejujuran. Hanya sayangnya kejujuran ruh umumnya dikalahkan oleh ketidak-jujuran otak, lidah, dan logika.
Setelah membaca tulisan ini mungkin ada ribuan orang berbondong-bondong berani berkata bahwa mereka bangga jadi orang kafir manakala ada non-kafir yang menghujat. Tapi jangan lupa bahwa perkataan tsb bukan lagi reflek tetapi hasil reaksi otak. Wallahu ‘alam.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [QS. 30:30]
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” [Ali Imran:19]
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali Imran:85]
Hanya Allah Swt sajalah yang Mahabenar.