zwani.com
apa kabar kamu hari ini
salam hangat buat faithfredoom.org semoga bermanfaat bagi anda dan untuk non muslim ma’af bila ada kata-kata kurang berkenan Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu semoga allah swt membuka mata hati faithfreedom terhadap islam.
Image by Anime Myspace Comments
MyNiceProfile.com

Senin, 11 Oktober 2010

Inilah Sekolah Katolik pertama di Inggris yang akan dikonversi menjadi sekolah agama Islam.

Ditulis oleh MUSLIM di/pada September 25, 2010
------------------------------------------------------------
Sebuah sekolah dasar Katolik di Blackburn, Inggris, yaitu Sacred Heart Primary, tampaknya bakal menjadi sekolah Katolik pertama di Inggris yang akan dikonversi menjadi sekolah agama Islam. Perubahan itu dikarenakan jumlah populasi pelajar Katolik yang menurun drastis di sekolah tersebut.
Sepuluh tahun lalu, di sekolah itu, pelajar Katolik masih menjadi mayoritas. Namun tahun ini merosot hanya tinggal tiga persen. Keuskupan setempat mengakui bahwa sekolah itu tak bisa lagi melayani kebutuhan masyarakat. Sekolah itu mesti menyediakan kepala sekolah Katolik dan 10 persen kurikulum pendidikan berbasis Katolik.
Berdasarkan undang-undang saat ini, dewan kota setempat harus efektif menjalankan kompetisi untuk mencari organisasi baru untuk menjalankan sekolah tersebut. Nah, Masjid Tauheedul Islam di Blackburn yang sudah memiliki sekolah menengah khusus pelajar putri sudah menyatakan ketertarikannya untuk mengambil alih sekolah Katolik tersebut.
Kepala Sekolah Menengah Putri Tauheedul Islam, Hamid Patel mengatakan, ”Mengingat sebagian besar murid sekolah (Katolik) itu adalah Muslim maka masuk akal bila kita terlibat dengan sekolah itu.”
”Kami membutuhkan informasi lebih lanjut dari otoritas setempat, tapi jika masyarakat dan sekolah itu menginginkan kita terlibat, maka kami tertarik,” tambahnya.
Saat ini di Inggris sedang terjadi peningkatan permintaan untuk sekolah-sekolah negeri Islam. Populasi Muslim di Inggris meningkat pesat menjadi sekitar 2,5 juta jiwa antara 2004-2008, tapi hanya ada 11 sekolah Islam yang telah dibuka dengan dana negara kerajaan itu.
Dalam kasus itu, Keuskupan Salford mengatakan dewan kota setempat tak lagi percaya kepada pengelola sekarang untuk melanjutkan sekolah tersebut. Pasalnya, saat ini jumlah murid Katolik yang ada hanya tersisa lima atau enam orang.
Direktur Pendidikan Keuskupan setempat, Geraldine Bradbury, mengakui pihaknya tidak pernah mengalami perubahan drastis seperti ini. Karena itu, dia tampaknya rela untuk melepaskan pengelolaan terhadap sekolah itu. ”Akan sangat salah bagi kita untuk bersikeras mempertahankan sekolah komunitas seperti itu.”[Republika]


Gereja Berre Universalist,Tetapkan 9 september sebagai Hari membaca Al Qur’an




Tak semua gereja mendukung ide pendeta Terry Jones untuk membakar Alquran. Bahkan, komunitas gereja Berre Universalist, mencemooh ide itu sebagai “sensasional yang murahan”.

Mereka bahkan mencanangkan tanggal 11 September sebagai Hari Membaca Alquran, bukan sebaliknya. “Kami merasa ini adalah kesempatan bagus bagi masyarakat untuk berkumpul dan belajar tentang Quran daripada membuat keputusan tanpa informasi tentang ajaran-ajaran yang sebenarnya,” kata  penginjil M’Ellen Kennedy, yang kerap berkhotbah di gereja-gereja Unitarian Universalis di Washington dan Strafford.
Kennedy mengatakan, banyak yang indah dari ajaran Islam, terutama sisi sosialnya. Dia mencontohkan ajaran islam soal zakat dan sedekah, yang menjadi salah satu dari lima pilar penting Islam.
Pendeta Mara Dowdall dari Gereja Unitarian Montpelier, yang dijadwalkan untuk berbicara dalam acara membaca Quran bersama, menyatakan  percaya bahwa pembacaan akan menggarisbawahi beberapa elemen kunci iman mereka.  “Unitarian Universalis percaya bahwa kebijaksanaan spiritual berasal dari berbagai sumber, dan itu termasuk Islam,” katanya.
Menurutnya, tak ada ajaran agama manapun yang menghalalkan kekerasan. “Sebagai orang beriman, saya pikir sangat penting bahwa kami berdiri dengan saudara-saudara kami yang Muslim pada hari ini,” katanya.
Kegiatan mempelajari Alquran akan dimulai pukul 14.00 waktu setempat. Mereka mengundang nara sumber dari kalangan Muslim dan membuka sesi tanya-jawab setelah itu. Jemaat juga dibebaskan untuk memilih ayat Alquran yang ingin ditanyakan.
Pada kesempatan yang sama, Pendeta Louise Ulrich dari Gereja Barre menggarisbawahi bahwa umat Kristiani Amerika tidak semuanya bersikap sama dengan Jones. Ia bahkan menyebut pendeta asal Florida itu sebagai, “Mempelajari dan mengutip ayat Alkitab secara sempit.”
“Seperti halnya ayat Quran, banyak ayat Alkitab yang mendukung toleransi. Kami akan memilih yang damai karena kami menginginkan perdamaian,” ujarnya.

Terjadi Pembakaran Alquran di depan gedung putih dan Nashville

Di Nashville, negara bagian Tennessee Amerika, terjadi pembakaran Qur’an Sabtu (11/9) lalu. Dua penginjil evangelis menuang minyak dan membakar kitab suci umat Islam tersebut. Salah satu dari mereka, pengkhotbah Bob Old menyebut Islam agama palsu. Polisi tidak mengeluarkan perintah penahanan atas mereka.
Sebelumnya, sekelompok kristen konservatif Amerika melancarkan aksi merobek al-Quran di depan Gedung Putih. Satu-satunya alasan mengapa mereka tidak membakar al-Quran karena di tempat itu tak diizinkan menyalakan api, kata salah seorang dari enam aktivis kelompok itu.
Menurut mereka, serangan 11 September 2001 itu dilakukan berdasarkan al-Quran. Kelompok itu ingin mengakhiri “cerita  bahwa Islam adalah agama yang cinta damai”
Polisi mencatat nama para aktivis namun tidak melakukan tindakan. Kelompok tersebut sengaja memasukkan potongan al-Quran ke kantung plastik “untuk tidak meninggalkan sampah”.

Pelaku Perobekan Alqur`an Dinilai Kehilangan Rasionalitas

Aksi perobekan Kitab Suci Al-Qur`an di depan Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat pada Sabtu, dilakukan oleh orang-orang yang kehilangan rasionalitas dan akal sehat.Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Kudang Boro Seminar, Minggu di Bogor mengatakan, keenam aktivis yang melakukan perobekan Al-Qur`an di depan Gedung Putih merupakan orang-orang yang tidak rasional. Karena perbuatan tersebut tidak ada gunanya.
“Perobekan Al-Qur`an merupakan perbuatan yang tidak berguna. Perbuatan sia-sia yang hanya menimbulkan kebencian,” terang Prof Kudang Boro Seminar.Prof Kudang Boro Seminar dikenal sebagai salah seorang yang “hafizh” atau hapal Al-Qur`an 30 juz penuh.
Selain itu, guru besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB tersebut juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki pemahaman mendalam terhadap kandungan Al-Qur`an.Lebih lanjut Prof Kudang Boro Seminar yang juga sebagai direktur Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi IPB mengemukakan, Al-Qur`an diturunkan sebagai rahmat dan pengobat hati bagi umat manusia.
“Al-Qur`an diturunkan ke muka bumi sebagai rahmat dan petunjuk jalan bagi umat manusia. Mereka yang melakukan perobekan Al-Quran kurang memahami ajaran yang terkandung dalam Al-Qur`an,” papar Prof Kudang Boro Seminar.Prof Kudang Boro Seminar meyakini, bila para pelaku perobekan Al-Qur`an memahami ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an, mala mereka tidak akan melakukan perbuatan tercela tersebut.
Prof Kudang mengemukakan, aksi perobekan Al-Qur`an tersebut tidak akan membawa kerugian baik bagi Islam maupun umat Islam. Kerugian justeru hanya akan dialami oleh mereka yang membenci Al-Qur`an.
Prof Kudang lantas merujuk sebuah ayat dalam Al-Qur`an, yang artinya: “Dan kami turunkan Al-Qur`an sebagai pengobat (hati) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan bagi orang-orang yang berlaku dzalim terhadap Al-Qur`an tidak akan mendapatkan apa pun kecuali kerugian.”
Menurut Prof Kudang Boro Seminar, aksi perobekan Al-Qur`an di Amerika hanya akan merugikan bangsa Amerika serta merugikan umat atau agama para pelaku aksi tersebut. [Republika]





REFLEKSI HARI RAYA IDUL FITRI , KALAU SAJA KETAQWAAN ADA SERTIFIKATNYA



Oleh : ARCHA (Aktifis forum.swaramuslim.net)
Saya membayangkan, pada satu saat setelah selesainya bulan Ramadhan malaikat turun kebumi membawa sertifikat yang telah ditanda-tangani, telah dicap stempel akherat, disana tertulis nama saya. Pernyataan dalam sertifikat tersebut : “Telah berhasil menjalani ibadah puasa dibulan Ramadhan dengan hasil memuaskan, dan untuk itu yang bersangkutan telah dianugerahi ketaqwaan dan dinyatakan telah bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir, demikianlah sertifikat ini dibuat dan diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya”. Apa reaksi logis yang akan saya lakukan..?? apa yang akan anda perbuat kalau itu terjadi dengan diri anda..??
Saya pasti akan mencari pigura yang bagus, kalau bisa terbuat dari emas, berukir indah dengan hiasan permata, sertifikat tersebut akan saya gantung di dinding untuk bisa saya nikmati setiap waktu dengan bangga, tidak lupa saya akan mengadakan pesta mengundang teman-teman, kalau perlu mengundang band D’masiv atau wayang kulit semalam suntuk, sebagai tanda syukur atas hadiah yang sudah diberikan. Lalu…?? Yaa..Cuma sampai disitu, setelah itu saya akan kembali melanjutkan kehidupan dengan cara yang sama seperti sebelum Ramadhan, toh ketaqwaan sudah saya dapatkan dan saya sudah menikmatinya, nanti pada Ramadhan ditahun depan, saya akan bikin program lagi agar kembali bisa mendapatkan sertifikat yang sama..
Namun untungnya, ketaqwaan tidak ada sertifikatnya, selesai Ramadhan kita sama sekali tidak mengetahui apakah kita sudah berhasil menjalankan ibadah puasa tersebut dengan standard yang telah ditentukan oleh Allah, apakah Dia sudah menjadikan kita orang-orang yang bertaqwa sesuai apa yang dinyatakan-Nya dalam Al-Qur’an, ketika Ramadhan selesai kita hanya bisa berharap :”Semoga Allah menerima ibadah yang kita lakukan selama ini – taqabbalallahu minna wa minkum…”, atau sebaliknya kita hanyalah seseorang yang rugi seperti yang disampaikan oleh Rasulullah : “Berapa banyak orang yang puasa, tapi tidak dapat apa-apa kecuali haus dan lapar.” (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim). Ketaqwaan ditanamkan Allah bukan dalam bentuk ‘hasil’, namun di menyatu dengan ‘proses’. Sebenarnya sangat gampang untuk mengidentifikasi apakah amal ibadah kita selama Ramadhan benar-benar telah mencapai hasil seperti yang ditetapkan, mengacu kepada apa niat kita ketika memulainya. Apabila kita memasang niat diawal Ramadhan memang untuk mendapatkan ketaqwaan, maka itu pula yang akan kita peroleh, karena selama menjalankan ibadah tersebut kita akan selalu mengisi hati kita dengan pertanyaan : apakah saya sudah maksimal memjalankannya, sudah mengisi hari-hari dibulan Ramadhan dengan memperbanyak shalat, meningkatkan kualitas shalat fardhu dengan sebanyak mungkin mengerjakannya di mesjid, menyediakan waktu lebih untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Bagi kita yang menetapkan niat hanya karena menjalankan kewajiban, maka di akhir Ramadhan yang kita rasakan adalah kebebasan kembali dari ‘tugas berat’ yang tidak kita sukai menjalankannya. Setiap hari di bulan Ramadhan selalu kita isi dengan ‘penantian panjang’ kapan waktu berbuka, lalu setelah sahur hati kita selalu resah mengingat jam-jam berikut yang harus kita isi dengan keterikatan, tidak boleh makan-minum, jangan berbuat aneh-aneh seperti ngobrol membuang waktu atau sekedar menikmati wanita cantik yang lewat dihadapan, ketika Ramadhan berakhir kita berteriak gembira :”Merdekaaa…!!”.
Ketaqwaaan diberikan Allah bukan dalam bentuk deviden atau hasil usaha yang bisa kita nikmati dan habiskan begitu kita menerimanya, tapi itu diberikan Allah dalam bentuk ‘suntikan modal’ agar usaha kita dimasa yang akan datang bisa dijalankan dengan lebih berkembang dan lebih berkualitas, sehingga diharapkan akan menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar. Meminjam istilah krisis finansial kemaren, pada bulan Ramadhan, kita diberikan ‘stimulus ekonomi’ ketika perbuatan baik yang kita lakukan diganjar pahala yang berlipat, ibarat sebuah supermarket yang menggelar bulan promosi dengan ‘harga pahala’ yang diobral serendah mungkin, diskon besar-besaran, beli satu gratis satu, dengan jumlah uang yang sama kita bisa memperoleh barang yang lebih banyak, demikian pula amal kebaikan yang kita kerjakan dibulan Ramadhan akan menghasilkan pahala yang lebih banyak. Pahala yang kita dapat telah ditetapkan Allah bisa menghapus dosa-dosa kita :
[11:114]..Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Al-Ghazali mengatakan bahwa dosa itu ibarat kotoran yang menempel di qalbu, sedangkan qalbu ibarat cermin, ketika kotoran tersebut makin banyak dan tidak dibersihkan, qalbu kita tidak mampu lagi untuk menerima cahaya yang datang dari Allah, qalbu kita sudah membatu untuk bisa menerima kebenaran. Di bulan Ramadhan Allah memberikan kesempatan agar kita bisa membersihkan kotoran yang menempel dengan cara yang lebih gampang dan cepat, sehingga amal kebaikan kita selama Ramadhan menghasilkan ‘deterjen dengan formula khusus’, yang bekerja disaat Ramadhan selesai, qalbu kita kembali bersih dan bisa menerima cahaya kebenaran yang datang dari Allah. Indikasinya sangat terasa, kita begitu mudah tersentuh dan menangis ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan, kesalehkan kita yang dikerjakan pada bulan Ramadhan berlanjut terus, merasa nikmat mengerjakan shalat di mesjid, tetap mencoba membaca Al-Qur’an setiap hari karena ada dorongan yang datang dalam hati, ada dorongan untuk berpuasa sunat, tergugah melihat kehidupan orang-orang lain yang mengalami kesulitan, tetap bersikap dermawan dan sering memberikan sedekah. Artinya ‘suntikan modal’ ketaqwaan dari Allah sudah bekerja. Disitulah dikatakan bahwa ketaqwaan tidak diberikan dalam bentuk ‘hasil’, melainkan dicantelkan kedalam ‘proses’ kita menjalani kehidupan selanjutnya. Kalau anda bisa merasakan hal tersebut, artinya ibadah anda selama Ramadhan sudah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan Allah.
Lalu apakah dimasa-masa mendatang kita akan menjalankan kehidupan yang damai sejahtera, tenteram, bahagia, mengalami kenikmatan hidup yang terus-menerus yang lebih bahagia dibandingkan sebelumnya..?? Orang yang bertaqwa tidak akan mempermasalahkan soal itu, karena kebahagiaan, kesejahteraan, kenikmatan selalu datang silih berganti dengan kesengsaraan, kemalangan dan nestapa.
[21:35] Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Hikmah Ramadhan terletak kepada kesiapan jiwa kita untuk menghadapi ujian Allah selanjutnya dan bukan terletak pada ada atau tidaknya cobaan yang akan mendatangi kita. Boleh jadi ujian tersebut akan kita hadapi dalam jumlah dan kualitas yang lebih tinggi, yang sanggup mengguncangkan hati, bisa dalam bentuk kehilangan sanak keluarga yang kita cintai, lenyapnya harta benda dan jabatan, penyakit, problema yang datang dari pasangan dan anak-anak, atau bisa juga hal yang sebaliknya : dapat jabatan baru dengan kekuasaan yang lebih besar, memperoleh harta melimpah sehingga sanggup membeli apapun, keberhasilan anak-anak yang akan membuat kita berbangga dan terlena. Ketaqwaan yang diberikan membuat kita sanggup untuk menghadapi semuanya, tidak akan membuat kita menjadi manusia yang makin menjauhkan diri dengan Allah. Ketika Allah memberi kita ujian, Dia sebenarnya sudah menyatakan bahwa ujian tersebut akan sanggup kita hadapi, dan kalau kita cerdas untuk memanfaatkan kemampuan diri, maka kita akan kembali bergerak kepada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih dekat kepada Allah. Kebaikan dan keburukan yang ditimpakan akan merangsang kita untuk meningkatkan interaksi kita dengan Allah, membuat kita berusaha menghadirkan Allah dalam qalbu kita setiap saat, kebaikan akan membuat kita mengingat-Nya dengan rasa syukur, keburukan dan musibah akan memunculkan-Nya dalam rasa sabar, tidak ada satu kejadianpun yang akan membuat kita terputus hubungan dengan Allah. Interaksi itulah yang akan dinilai, apakah kita sudah menjalani kehidupan lebih baik dari sebelumnya berdasarkan penilaian Allah. Ketaqwaan merupakan ‘bahan bakar’ kita untuk makin mendekatkan diri kepada-Nya karena Allah sudah menetapkan posisi bagaimana Dia akan berinteraksi dengan kita :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Untung ketaqwaan tidak ada sertifikatnya, kalau ada maka kita mungkin saat ini sedang duduk-duduk didepan sertifikat tersebut yang digantung didinding berpigura indah dari emas, memandangnya dengan bangga, merasakan ‘kenikmatan’ status yang sudah kita dapatkan, dan kita tidak menyadari bahwa sebenarnya hidup kita telah berhenti… 





Ucapan saat merayakan Idul Fitri yang dicontohkan para Sahabat Nabi


Alhamdulillah, Terdapat riwayat yang datang dari para sahabat radhiyallahu’anhum bahwasanya mereka saling mengucapkan selamat di hari raya dengan ucapan, تقبل الله منا ومنكم Taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian).

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata, “Dahulu para sahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam mengucapkan ‘Taqabbalallahu minna wa minkum’ ketika saling bertemu di hari Idul Fitri.” Al-Hafidz (Ibnu Hajar) berkata tentang riwayat ini, “Sanadnya hasan.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tidak mengapa hukumnya bila seseorang mengucapkan kepada saudaranya saat Idul Fitri, ‘Taqobbalallahu minna wa minkum’.” Demikian yang dinukil Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya,
“Apa hukum mengucapkan selamat di hari raya sebagaimana banyak diucapkan oleh orang-orang? Seperti ‘indaka mubarak (semoga engkau memperoleh barakah dihari Idul Fitri) dan ucapan yang senada. Apakah hal ini memiliki dasar hukum syariat ataukah tidak? Jika memiliki dasar hukum syariat bagaimana seharusnya ucapan yang benar?”
Beliau rahimahullah menjawab,
“ Adapun hukum tahniah (ucapan selamat) dihari raya yang diucapkan satu dengan yang lainnya ketika selesai shalat ied seperti
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك
Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik” (Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu), dan yang semisalnya, telah diriwayatkan dari sebagian sahabat bahwasanya mereka melakukannya dan para imam memberi keringanan perbuatan ini seperti Imam Ahmad dan yang lainnya. Akan tetapi Imam Ahmda berkata, “Aku tidak akan memulai mengucapkan selamat kepada siapa pun. Namun jika ada orang yang memberi selamat kepadaku akan kujawab. Karena menjawab tahiyyah (penghormatan) adalah wajib. Adapun memulai mengucapkan selamat kepada oranglain maka bukanlah bagian dari sunnah yang dianjurkan dan bukan pula sesuatu yang dilarang dalam syariat. Barangsiapa yang melakukannya maka ia memiliki qudwah (teladan) dan orang yang meninggalkan pun juga memiliki qudwah (teladan). Wallahu a’lam. (Al-Fatawa Al-Kubra, 2/228)
Syaikh Ibnu Ustaimin ditanya,
“Apa hukum tahniah (ucapan selamat) di hari raya? Apakah ada bentuk ucapan tertentu?”
Beliau rahimahullah menjawab,
“Hukum tahniah (ucapan selamat) di hari raya adalah boleh dan tidak ada bentuk ucapan tertentu yang dikhususkan. Karena (hukum asal-pen) setiap adat kebiasaan yang dilakukan orang itu boleh selama bukan perbuatan dosa.”
Dalam kesempatan lain beliau rahimahullah juga ditanya,
“Apa hukum berjabat tangan, berpelukan dan saling mengucapkan selamat hari raya ketika selesai shalat ied?”
Beliau rahimahullah menjawab,
“Hukum semua perbuatan ini tidaklah mengapa. Karena orang yang melakukanya tidak bermaksud untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Melainkan hanya sekedar melakukan adat dan tradisi, saling memuliakan dan menghormati. Karena selama adat tersebut tidak bertentangan dengan syariat maka hukumnya boleh.” (Majmu’Fatawa Ibni Utsaimin, 16/ 208-210)
Sumber: Muslimah.or.id
sumber foto :azizcs1.blogspot.com


Menyingkap rahsia disebalik salib bengkok

Perhatikan salib yang dipegang Paus Johanes Paulus II. Perhatikan baik-baik, dan Anda akan menyedari bahawa salib itu bukanlah salib yang biasa digunakan orang Kristian seperti gambar di bawah. Salib yang dipegang Paus Yohanes II dikenal sebagai “Salib Bengkok”. Apa ertinya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita merujuk kepada seorang pengarang Katolik Roma, Piers Compton, menulis dalam bukunya, “The Broken Cross: Hidden Hand In the Vatican” , Channel Islands, Neville Spearman, 1981.

Salib Bengkok adalah “… suatu lambang yang menakutkan, digunakan oleh satanis (penyembah setan) pada abad ke 6 yang telah dihidupkan kembali pada masa Vatican Dua. Ini adalah salib bengkok, yang padanya dipertunjukkan suatu figur Al-Masih yang disimpangkan, yang mana tukang sihir pada Abad Pertengahan telah menggunakannya, pada kitab Injil diistilahkan ‘Tanda Beast’. Tidak hanya Paulus VI, tetapi para penggantinya, dua Johanes Paulus, membawa benda tersebut dan memegangnya untuk dipuja-puja oleh jemaah, yang tidak pernah memahami bahwa itu mewakili Dajjal.” (hal. 72). Pada halaman 56, Compton mencetak gambar Sri Paus Johanes Paulus II, memegang salib bengkok ini, seperti gambar di bawah:-



Oleh karena itu, Paus Johanes Paulus II sebenarnya memberitahukan semua penyembah setan di seluruh dunia bahwa ia bukanlah Paus Katholik, tetapi Paus yang mengembang tugas untuk mewujudkan New World Order (Pemerintahan Dunia Baru) berdasarkan rencana-rencana zionis. Hal ini juga dibahas oleh Malachi Martin dalam “The Keys to This Blood”. Seperti yang anda lihat, salib Paus Johanes Paulus II yang dipegang menghadap jemaah, bukanlah salib biasa, tetapi salib bengkok satanis! Salib Bengkok diciptakan oleh satanis untuk melukiskan Dajjal! Segera, Anda akan melihat kemunculan seorang pemimpin global, yang mengaku sebagai Al-Masih, Mesiah Yahudi, dan seorang yang ditunggu-tunggu dalam semua agama besar. Padahal dia adalah Al-Masih palsu, dialah Masihud Dajjal. Kemudian, segera sesudah itu, seorang pemimpin agama akan maju kemuka untuk membantu Dajjal; pemimpin keagamaan ini akan memiliki kuasa ajaib seperti Dajjal. Pemimpin agama itu adalah Paus yang diangkat dari kalangan Freemason. New World Order meminta pemimpin agama global ini sebagai Paus Katolik Roma, dan pasti, Johanes Paul II menggunakan Salib Bengkok Satanis ini adalah berkaitan dengan rencana tersebut. Jika Paus Yohanes Paulus II adalah yang maju untuk membantu Al-Masih Palsu itu, maka Anda akan mengetahui hakikat dari Paus ini dan hakikat dari Gereja Katholik Roma keseluruhannya.
SAINT PETER SQUARE: KUIL MATAHARI

“Thou art Peter and upon this rock, I will build my Church….”
Akhirnya, tidak ada keselamatan di luar Islam. Tidak ada agama yang diakui Allah, kecuali Islam. Masuklah ke dalam Islam, maka Anda terselamatkan dari para pengkhianat Allah.

Bangunan St. Peter Square semakin memperjelas akan siapa yang disembah oleh pihak Kristian. Obelisk yang diletakkan di tengah-tengah bangunan melingkar itu merupakan simbol penyembahan kepada setan. Obelisk juga merupakan simbol penyembahan kepada Dewa Matahari, yang juga merupakan ajaran setan. Ini menjelaskan juga mengapa kaum Kristian mengganti hari Sabath dengan hari pertama. Karena hari pertama adalah hari yang mereka sebut dengan hari Matahari (Sunday).
Mereka juga menggambarkan Jesus yang mereka sembah sebagai jasad yang lahir pada akhir musim dingin dan awal berjayanya Matahari. Tanggal 25 Desember adalah hari yang dipercaya sebagai hari lahirnya Dewa Matahari. Maka Jesus ini seakan-akan adalah Putera dari Dewa Matahari seperti halnya Horus. Horus dipercaya sebagai putera Dewa Osiris dari isterinya, Isis, yang merupakan perempuan manusia. Mereka juga menggambarkan Jesus sebagai Putera Tuhan dari Maria, seorang perempuan manusia. Hercules juga merupakan Putera Zeus dari isterinya yang manusia.Kebudayaan Yunani-Roma yang pagan telah mempengaruhi Kristian secara telak. Bahkan istilah-istilah yang mereka gunakan juga merupakan bahasa Yunani. Gambar Jesus dan para Santo ( saint,st ) juga sering digambarkan sebagai manusia yang ada cahaya Matahari di atas kepalanya, sama seperti ummat Buddha menggambarkan Buddha, begitu juga Dewi Kwan Im.
Pada faktanya, Jesus lahir pada bulan Ilul di musim kering dan bukan di akhir Disember pada akhir musim dingin. Maka jelaslah, yang disembah puak Kristian di Gereja-Gereja bukanlah Isa Almasih, melainkan putera Iblis yang diberi nama Jesus, sebagaimana orang-orang pagan juga telah menyembah keturunan Iblis yang diberi nama Horus, Hercules, Mithra, Buddha, Baachus, Krishna, dan lain sebagainya. Kepercayaan kepada dewa-dewa hanyalah karangan Iblis yang ingin menyesatkan manusia di seluruh dunia dengan ajaran Tripartite dan paganisme.
Lihatlah simbol salib yang diagungkan ummat Kristian. Bukankah itu merupakan simbol sinar matahari? Dewa Horus juga punya simbol yang mirip dengan salib. Dewa Horus, selain dilambangkan dengan burung helang, juga terkadang dilambangkan dengan simbol matahari seperti yang ada pada album “Terbaik-Terbaik”-nya kumpulan muzik Dewa.
Semakin kita selidiki, maka semakin jelas perbezaan penyembahan berhala yang dilakukan puak Kristian, terutama terhadap Dewa Matahari. Agama Shinto di Jepun, juga merupakan penyembah Matahari. Dan banyak kebudayaan di dunia ini yang mengajarkan penyembahan kepada Matahari. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad saw melarang kita sholat ketika matahari sedang terbit atau ketika matahari sedang terbenam. Karena matahari itu terbit dan terbenam dengan “diiringi oleh dua tanduk setan”. Adapun sholat Shubuh itu didirikan sebelum matahari terbit, sedangkan sholat Maghrib itu didirikan setelah matahari terbenam sempurna.Tidak ada solat yang didirikan seiringan dengan terbit atau terbenamnya matahari. Adapun ketika terjadi gerhana, ummat Islam mendirikan sholat sunnah gerhana dengan tujuan mengingatkan manusia bahwa matahari dan bulan hanyalah tanda kekuasaan Allah, maka sembahlah Allah dan jangan menyembah matahari atau bulan. Allah itulah yang menguasai dan mengatur matahari dan bulan. Keduanya, matahari dan bulan, tunduk pada kekuasaan Allah, mereka bersujud mematuhi Allah. Maka jangan sujud kepada matahari dan bulan, akan tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakan keduanya dan menguasainya.