Akidah atau kepercayaan yang dianut oleh Kaum Nasrani adalah berasal
atau berdasarkan pada Tritunggal. Tri artinya tiga dan Tunggal artinya
satu, jadi tiga unsur yang menjadi satu dalam kesatuan.
Ringkasnya ialah Tritunggal itu terdiri dari 3 unsur pokok yaitu:
1. Allah
2. Anak
3. Ruhulkudus.
Ketiganya merupakan tiga macam jauhar dan masing-masing jauhar itu
berdiri sendiri dari yang lain, tetapi kesatuan dari ketiga-tiganya
itulah yang merupakan Tuhan Yang Maha Esa, pemeluk agama Nasrani
berkata:”Tuhan adalah Allah, anak Allah, dan ruhulkudus, ketiga-tiganya
menjadi satu yang tidak terbagi”.
Sebenarnya adanya faham tritunggal dalam ketuhanan itu tidaklah
merupakan fahamyang khusus bagi pemeluk agama Nasrani belaka seperti
yang ditulis dalam Dairah Ma’arif Abad XIX (perancis) dalam memberikan
definisi kata “Tritunggal Ketuhanan”. ialah:
“Tritunggal adalah kesatuan dari tiga tubuh yang berbeda-beda yang
menjelmakan sebutan Tuhan Yang Maha Esa. Faham yang demikian ini
terdapat dalam kepercayaan Keristen dan sebagian agama-agama lain. Oleh
sebab itu seringkali dikatakan: Tritunggal dalam agama Keristen,
Tritunggal dalam agama Hindu dan sebagainya.
Almarhum Profesor Ustadz Farid Wajdi berkata:
Memeng benar bahwa faham Tritunggal itu sudah ada sejak dahulu dalam
keagamaan bangsa Mesir kuno untuk menyebutkan “tuhan-tuhan” kebangsaan
mereka. Kini agama itu telah sirna dari permukaan bumi.
Adapun faham Tritunggal bagi pemeluk agama Hindu, maka sampai
sekarang itupun masih ada, yaitu yang dianit oleh berjuta-juta manusia
dari golongan bangsa India dan Cina. Golongan kasta Brahmana meyakinkan
bahwa Maha Pencipta itu mula-mula menjelmakan dirinya dalam bentuk
yang disebut Dewa “Brahma” kemudian dalam dewa “Wisnu” dan akhirnya
dalam dewa “Syiwa” Mereka menggambarkan ketiganya itubergandengan
antara yang satu dengan lainnya dan ini memberikan
pengertiansebagailambang adanya perangkaian tiga tubuh menjadi satu.
Jadi kepercayaan adanya Tritunggal ini pada hakekatnya adalah akidah
keberhalaan, kemudian menyelinap secara aneh sekali dalam agama Allah
Ta’ala. padahal Allah Ta’ala adalah Maha Suci dari perserupaan atau
persamaan dengan sesuatu apapun atau Dia tidak akan menyamai atau
menyerupai benda yang selainnya, ataupun menjelma dalam salah satu dari
golongan makhluk-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya”. (S. Syura 11)
Dzat Allah Ta’ala adalah diatas kekuatan akal fikiran untuk
memecahkannya, sebagaimana firman-Nya:
“Dia tidak dapat dicapai oleh semua penglihatan, sedang dia dapat
mencapai penglihatan-penglihatan itu dan Dia adalah Maha Halus lagi
Waspada”. (S. An’am 103)
“Allah Maha Mengetahui apa yang ada di hadapan mereka, juga yang ada
dibelakang mereka dan mereka itu tidak dapat meliputi (mengetahui)
Tuhan itu dengan pengetahuannya”. (S. Thaha 110)
Agama Keristen adalah agama yang asalnya dari langit dan lahir dari
agama Yahudi, dan Taurat adalah kitab suci dalam pandangan orang-orang
keristen yang mengatakan ketunggalan Allah. Isa memuja Allah, dan
melimpahkan syukur kepada-Nya. Semua ini menjadikan keharusan mengakui
Allah. Orang-orang keristen mulai mencari Tuhan yang dua lagi, maka
mereka mengatakan ketuhanan Almasih yang menjadi Tuhan kedua, tetapi
ketigaan itu belum juga sempurna. Mereka berfikir dan memutar otak
mereka sekali lagi, lalu mereka mengatakan ketuhanan roh kudus. roh
kudus adalah suatu kebutuhan yang sangat diperlukan karena mereka ingin
akan mendakwakan adanya hubungan dengan Tuhan, dan hubungan ini berarti
menerima ilmu dari pada-Nya. Maka mereka mengatakan ketuhanan roh
kudus, dan roh itu turun kepada mereka, mengisi diri mereka, dan dengan
roh itu mereka mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia.
Dengan demikian sempurnalah tiga ketuhanan yang mereka inginkan.
pendapat ulama keristen:
“Tabiat Tuhan menyerupakan tiga oknum yang sama; Allah Bapak, Allah
anak, dan Allah Roh Kudus. Kepada Bapak manusia dinisbatkan dengan
perantara anak, kepada anak penebusan dosa, kepada roh kudus
pembersihan, tetapi tiga oknum ini membagi semua tugas Tuhan dengan
sama rata”.
Dalam istiadat pembaptisan itu senantiasa disebutkan nama Allah,
Anak Allah dan Rohulkudus, tetapi para murid Almasih mengenal betul
pribadi Almasih, adalah paling menjauhi adanya kepercayaan bahwa
Almasih itu salah satu kesatuan dari tiga unsur yang menjelma dzat Yang
Maha Pencipta. mereka menganggap Almasih tidak lain hanyalah orang
yang diberi wahyu.
Adapun Paulus, maka orang ini sangat menyalahi sekali dengan ajaran2
atau akidah yang dianut oleh murid2 Almasih yang terdekat pada Isa
a.s.
Paulus berkata : Almasih adalah lebih luhur kedudukannya dari
manusia, Ia sebagai lambang manusia baru yakni akal yang tinggi,
diperanakan dari Allah. Ia ada sebelum wujudnya alam semesta ini.
Almasih telah menjelmakan dirinya dalam tubuh kasar itu adalah untuk
menyelamatkan seluruh ummat manusia, tetapi sekalipun demikian Ia tetap
mengikuti kepada Tuhan Allah”.
Dlam firman Allah Ta’ala:
“Andaikan di keduanya (langit dan bumi) itu ada Tuhan lagi selain
Allah, pasti keduanya akan rusak binasa”. (S.Anbia ’22)
” Allah tidak mengambil (mempunyai) anak dan tiada pula Tuhan yang
lain disamping-Nya. (andai kata Tuhan itu ada yang selain Allah), maka
tentulah setiap Tuhan itu membawa makhluk yang diciptakan-Nya sendiri
dan sebagian hendak mengalahkan yang lain. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka sebutka itu”. (S. Mu’minun 91)
“Katakanlah: Jika kiranya disamping Allah itu ada tuhan-tuhan yang
lain, sebagaimana yang mereka ucapkan itu, tentulah mereka dapat
mencari jalan kepada Allah yang memiliki singgasana (arasy). Maha Suci
dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu, dengan amat
tingginya”. (S.Isra’ 42-43)
Andaikata di langit dan bumi ada lagi Tuhan selain Allah Ta’ala yang
ikut mengatur dan memikirkan keadaan dan keamanan serta
kesejahteraannya, maka sudah tentu akan morat maritlah keadaan
susunannya, karena kedua Tuhan itu akan berebut dalam melaksanakan
kebijakan2annya sendiri2 yang tentunya antara yang satu dengan yang
lainnya akan bertentangan. masing2 ingin melebihi dari yang lainnya,
ingin berkuasa sendiri dan ingin lebih unggul. maka tidak lain yang akan
terjadi kecuali kehancuran dan kebinasaan
Dari uraian diatas dapatlah kita ketahui bahwa kekliruan kepercayaan
Tritunggal itu sudah jelas sekali sebagaimana terang benderangnya
matahari dihari siang. Namun demikian mengapa pemeluk2 agama Nasrani
masih gigih benar mempertahankan faham yang sudah terang salah. Mereka
fanatik dengan cara yang membuta.
Dalam firman Allah Ta’ala:
“Maka sesungguhnya tidaklah buta penglihatan-penglihatan itu, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada”. (S.H a j 46).